“Ayah, aku tak mau hidup lagi” kataku kepada dinding kamar berwarna krem. Bahkan dinding ȋ̝̊̅п̥̥̲ɪ̣̇ punya warna, sementara kehidupanku sudah ditinggalkan keramaian, cinta, nada, suara, bentuk, dan hidup itu sendiri.

Nilaiku hilang diantara manusia, hubungan-hubungan yang menguap, kegilaan yang memuncak pada tengah malam, mimpi buruk yang panjang.

Hampir tak mampu lagi.